Total Tayangan Halaman

Jumat, 14 Oktober 2011

Dampak Banjir

Dampak Banjir, Kerugian Petani Semakin Besar

Sumber Kompas

NGAWI, KOMPAS – Luapan Bengawan Madiun yang merendam sejumlah lahan sawah di Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi, Minggu (30/3), membuat kerugian petani semakin besar. Pada musim tanam kali ini, mereka sudah tiga kali mengganti bibit padi karena bibit rusak oleh arus sungai.
Saimim dan Lamiyah, petani di Desa Tirak, Kecamatan Kwadungan, serta Pangkat, petani di Desa Sumengko, Kwadungan, yang ditemui pada Senin (31/3), mengatakan, setelah banjir besar merusak lahan pertanian warga pada akhir Desember 2007 lalu, mereka telah tiga kali mencoba menanam bibit padi baru di lahannya. Namun, selang beberapa hari setelah bibit padi ditanam, Bengawan Madiun kembali meluap dan merendam sawah mereka.
Meskipun bibit padi beberapa kali rusak karena terendam air sungai, mereka masih tetap menanam bibit padi baru. Sebab, jika tidak, tanaman padi mereka akan rentan terserang hama dari tanaman padi yang usianya lebih tua dan kekurangan air saat kemarau.
“Bibit harus ditanam sekarang karena lahan sawah lainnya yang tidak kena banjir sudah ditanami bibit. Kalau menunggu musim hujan lewat, nantinya tanaman padi di lahan sawah yang tidak kena banjir sudah berusia tua dan banyak hama yang menyerang, hama ini bisa menyebar ke lahan dengan tanaman padi lebih muda,” kata Lamiyah.
Lamiyah menggarap sawah dengan luas seperenam hektar. Di lahan sawah ini ditanami 16 ikat bibit padi. Pada penanaman pertama, bibit padi didatangkan dari Sragen dengan harga Rp 2.500 per ikat. Namun, pada penanaman kedua dan ketiga, dia membeli bibit padi dari petani lainnya dengan harga Rp 1.000 karena kalau membeli dari Sragen terlalu mahal.
Dengan demikian, berarti dia telah mengeluarkan uang Rp 72.000 hanya untuk membeli bibit padi. Biaya bertambah besar karena Lamiyah harus mengeluarkan uang untuk buruh tani yang menanam bibit-bibit padi tersebut.
Adapun Pangkat menggarap sawah seluas setengah hektar. Di lahannya ini dibutuhkan sedikitnya 50 ikat benih padi. Dia telah mengeluarkan Rp 225.000 untuk mengganti bibit padi yang telah tiga kali mengalami kerusakan.
“Besarnya biaya yang kami keluarkan pada masa tanam ini membuat besar kemungkinannya pada saat panen nanti kami akan merugi. Apalagi kalau pada masa panen nanti harga gabah anjlok. Musim hujan tahun ini betul-betul merugikan petani,” ucap Pangkat.
Banjir yang terjadi berulang kali akibat luapan Bengawan Madiun ini semakin memperbesar kerugian petani di Ngawi yang merupakan lumbung pangan Jawa Timur. Banjir terbesar yang terjadi di Ngawi terjadi akhir 2007 lalu. Sebanyak 198 kelompok tani di 68 desa di 11 kecamatan merugi karena lahannya seluas 4.266 hektar puso akibat terendam banjir selama satu minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar