Total Tayangan Halaman

Kamis, 04 September 2014

Salam Rindu Untuk Malaikat Ku



Malam itu tepat pukul 22.00 Wib aku masih menanti kedatangan Ayah...
Gemercik hujan mengiringi malam itu, tak ada bulan ataupun bintang. Disini hanya ada kesunyian yang ku rasa.
Ku lihat kembali jam yang berada dalam Hanphone ku, ternyata aku menunggu ayah telah lama. Saat ini jam telah menunjukan pukul 24.22 Wib namun aku masih setia disini, di penantian tak pasti ini.
            Pikir ku melayang,tepat 10 Tahun yang lalu ketika aku berumur 7 Tahun, aku selalu menunggu ayah di teras rumah ini. Yaa..... ayah selalu datang saat itu, biasa nya ayah datang tepat pukul 21.00 Wib, namun saat ini ????
Hati kecil ku tertawa dan berkata “mana mungkin ayah kembali pulang ke rumah ini, beliau sudah tidak ingat jalan untuk pulang ke rumah ini” hanya itu yang terbesit dalam pikiran ku. Aku pun segera masuk ke dalam rumah, ku pandang foto ayah yang terletak tepat di dinding kamar ku, foto satu-satu nya yang aku miliki. “ Ayah... tidak terasa engkau pergi dari rumah ini sudah lebih dari 7 Tahun, ayah... apakah disana engkau rindu pada ku ?, ayah meninggalkan ku tepat saat aku berumur 8 tahun, aku lupa cara ayah memeluk ku, mencium ku, dan menggendong ku... aku tidur yaah. Selamat Malam” hanya ucapan itu yang sering aku lontarkan kepada foto ayah, dengan begitu setidak nya rasa rindu ku ini sedikit terobati.
Ayah pergi tanpa pamit, banyak cerita tentang ayah, banyak sekali yang ingin aku ulang kembali dengan ayah. Namun hanya keajaiban-Nya yang mampu merubah semua ini.
Segera saja ku matikan lampu kamar ku, berharap saat pagi nanti, ayah telah datang dan berada disisi ku.
            04.30 Wib suara adzan berkumandang, segera aku beranjak dari tempat tidur ku. “buu... bangun sudah adzan subuh, kita sholat berjama’ah yuk bu” ku kecup kening ibu, aku tak kuasa melihat ibu seperti ini, ibu terluka oleh perlakuan ayah yang pergi tanpa sepatah kata pun. Tapi sudah lah, inilah hidup yang harus aku jalani, aku harus bisa mengembalikan semua yang telah hilang, termasuk senyum dan tawa ibu. J
Segera aku dan ibu mengambil air wudhu, “Allahhuakbar” saat ibu telah mengumandangkan takbir, pertanda sholat telah di mulai. Tidak terasa air mata ku menetes, yaa... kami kehilangan seorang imam di rumah ini, “ayah,seharus nya engkau yang menjadi imam dalam sholat ini”.

1
Selepas sholat subuh aku segera bersiap-siap untuk mencari pekerjaan, “ buu... do’a kan riana yaa bu, semoga hari ini riana lekas mendapat pekerjaan yang baik untuk kita bu. Riana pamit bu, assalamualaikum” kucium tangan ibu dan ku kecup kening ibu, karena aku tahu ridho orang tua adalah ridho nya Sang Maha Pencipta bumi dan langit beserta isi nya, berharap keberkahan selalu ada pada kami. Langkah ku semakin menjauh dari rumah, aku pergi untuk mencari pekerjaan, sudah hampir dua bulan aku menjadi pengangguran di kota ini, rasa nya hidup ku tidak seindah mereka teman-teman ku, mereka memiliki segalanya, bahkan mencari pekerjaan pun bak membalikan telapak tangan, sedangkan aku harus berjuang setiap hari untuk mendapatkan sebuah pekerjaan, setiap hari aku pergi dari rumah saat matahari belum juga menampakan cahanya dan kembali ke rumah ketika matahari telah pamit untuk meninggalkan bumi pertiwi, itulah kegiatan ku setiap hari. Walau terkadang aku lelah seperti ini, mencari pekerjaan yang juga belum ada hasil nya sampai detik ini. Namun aku percaya terhadap janji sang Khalik kepada hamba nya “rizki tidak akan putus bagi mereka yang bersabar,berusaha dan berdoa”.
Terik matahari menemani ku pada saat itu, pukul 13.00 tujuan ku pada hari itu adalah memasukan lamaran pada salah satu perusahaan lewat via Pos, keberadaan Pos dengan tempat ku saat itu lumayan jauh. Ku coba untuk memeriksa uang saku di tas kecil yang selalu menemani ku kemanapun aku pergi, ternyata uang saku yang aku miliki seperti nya hanya cukup untuk biaya Pos dan ongkos pulang saja, ku tarik nafas dalam-dalam dan berharap aku sanggup berjalan di tengah panas nya terik matahari, “ haii kau matahari cantik, temani aku berjalan samapai tiba di kantor Pos okay,  tolong sebentar saja senyum mu jangan terlalu kau pancarkan J” ucap ku.
Langkah kaki mulai menjauh meninggalkan jejak semula, panas nya siang itu tak membuat ku menyerah dan mengeluh sedikit pun, karena aku tahu masa depan itu ada pada genggaman ku sendiri dan untuk mencapai ke suksesan itu bukan hal yang mudah melainkan aku harus berjuang sepenuh hati agar yang aku dapatkan sesuai dengan tujuan dan rencana ku. Tetes demi tetes keringat mulai membasahi baju yang ku pakai, bau matahari sudah mulai tercium jelas oleh indra penciuman ku ini, tapi aku harus terus melanjutkan perjalanan ini sebelum sore nanti. 02.00 Wib sudah satu jam aku berjalan menuju kantor Pos dan kini kantor Pos sudah berada tepat di hadapan ku, tanpa pikir panjang aku segera masuk ke dalam dan menunggu No. Antrian ku di panggil oleh petugas Pos, saat itu kantor Pos lumayan sepi jadi aku tidak perlu menunggu terlalu lama.

2
 “No. Antrian 10 silahkan kepetugas 8” aku pun segera menemui petugas Pos dan memberikan berkas lamaran lengkap dengan tujuan lamaran tersebut, “ semoga lamaran ini dapat segera di proses” doa ku dalam hati.
Setelah selesai, aku kemudian lekas pergi menuju salah satu masjid yang keberadaan nya tidak jauh dengan kantor Pos. Yaa.. aku selalu ingat pesan ayah dulu “Nak, dalam keadaan apapun temui Tuhan mu, jangan buat Dia merindu akan kehadiran mu, karena terkadang rindu itu menjadi salah satu hal yang paling menyakit kan” pesan ayah selalu teringat dalam otak ku, enatah mengapa setiap ucapan ayah penuh arti bagi ku. Dan ayah benar bahwa terkadang rindu itu menjadi salah satu hal yang paling menyakit kan. Seperti saat ini, aku yang merindukan kehadiran ayah.
            Tik Tok Tik Tok, detik jarum jam semakin nyaring terdengar. Sunyi, sepi yang saat ini menghiasi kehidupan ku. Aku tak tahu mengapa setelah ayah pergi dari rumah ini, rumah ini menjadi terasa mati, tak ada tawa, ceria, dan cerita tentang satu hal yang mampu membuat kami tertawa terbahak-bahak. Ayah membuat semuanya menjadi asing bahkan sangat asing dalam hidup ku. Aku rindu engkau ayah, bisa kah engkau merasakan getaran ini. Aku ingin engkau kembali dalam kehidupan ku dan ibu, tangan ku segera saja mengambil secarik kertas dan sebuah bollpent.

“Assalammualaikum Wr Wb”

Dear Ayah....
Ayah, bagaimana kabar mu ?, keadaan mu ?
Semoga engkau selalu dalam keadaan yang sempurna dimana pun engkau berada
Ayah, aku rindu pada mu ayah, tidak terasa sudah 8 tahun lamanya kita tidak berjumpa, bertatap muka
Ayah masih ingat aku atau tidak ?
Ayah.....
Sulit bagi ku mengungkap kan semua ini, namun aku tak kuasa menahan rindu yang tak bertepi ini.
Ayah, terakhir kita berjumpa saat aku berusia 7 tahun, dan saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar, aku selalu tertawa bila mengingat masa-masa kecil ku dengan ayah.


3
Ayah ingat tidak? Ketika ayah menyuruh ku untuk bolos sekolah di hari ulang tahun ku, karena ayah tahu bahwa aku tidak suka dengan sekolah, ayah tahu aku akan stres bila di beri pelajaran oleh guru matematika dan saat itu ayah menyuruh ku untuk bolos sekolah hanya untuk mengajak ku bermain menikmati hari yang special itu, dan ayah berpesan saat itu agar aku tidak menceritakan hal ini kepada ibu. Lucu sekali ayah bila mengingat masa-masa itu.
Bukan hanya itu ayah, ayah ingat tidak ketika aku mengalami sakit keras dan aku terpaksa harus di rawat di Rumah Sakit agar aku dapat bertahan hidup, dan ayah mencoba menghibur ku. Ayah bawakan aku banyak VCD Carton, ayah bawakan aku boneka-boneka yang sangat lucu, ayah bawakan aku coklat yang sangat banyak. Dan ayah berhasil membuat ku bernafas tanpa alat-alat rumah sakit. Trimakasih ayah, hanya itu yang dapat aku ungkap kan.
            Ayah seandainya masa itu dapat ku ulang kembali, aku hanya ingin mengulang satu hal, yaitu mengulang kembali kisah ku dengan ayah dan ibu. Agar aku dapat kembali bercerita kepada semua orang tentang hebat nya ayah, tentang bagaimana ayah memberikan pelangi dalam hidup ku...
Ayah tahu tidak, aku kecewa dengan perlakuan mereka, mereka yang mengaku bagain dari keluarga ku, mereka sering sekali membuat aku dan ibu merasa di injak dan terhina ayah. L
Aku ingin ayah kembali agar semua orang dapat kembali menghormati ku seperti dulu.
Ayah, saat ini aku telah tumbuh menjadi wanita dewasa, aku telah mengerti arti dari sebuah perpisahan, aku mengerti dengan hal yang dikatakan cinta dan aku telah mengetahui dengan hal yang dikatakan hampa. Saat ini, detik ini, selama 8 tahun lamanya aku merasakan hidup ku terasa hampa tanpa ayah, aku tidak tahu mengapa hal ini ku rasakan, namun ini nyata.... maapkan aku ayah, maap kan aku menceritakan semua kerinduan ini. Selamat malam dan selamat tidur ayah”. Bollpent ku pun terjatuh seketika, air mata ku bercucuran membasahi pipi ku. Aku terluka ayah... aku kecewa, aku hanya bisa menulis surat rindu ku untuk ayah tanpa aku ketahui surat ini harus aku kirimkan kemana ?. ayah benar-benar menghilang tanpa jejak, semua keluarga ayah pun hilang tanpa kabar bak ditelan bumi.
            Menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun. Kehidupan ku masih sama seperti dulu, “kemana harta yang dulu menghiasi kehidupan ku, rumah mewah,mobil mewah dan keluarga yang begitu sempurna.


4
Semua itu hilang hanya dalam hitungan detik, aku lupa bahwa semua yang aku miliki adalah titipan dari-Nya, dan akan ada masanya semua itu kembali pada sang Maha Pemilik segalanya, aku bodoh menganggap semua yang aku miliki akan abadi.
            Ketika aku duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, ibu sangat membutuhkan biaya yang lumayan besar untuk aku melanjutkan sekolah ku ke jenjang berikutnya, ibu bingung bagaimana cara nya agar aku tetap bisa terus melanjutkan sekolah.
Aku ingin menjadi orang besar seperti mereka yang duduk di kursi-kursi yang di sediakan oleh pemerintah, aku ingin seperti mereka yang di hormati orang banyak, aku ingin seperti mereka yang mudah mengungkap kan apa yang mereka ingin kan, aku ingin mengubah hidup ku kembali seperti dulu, kehidupan yang penuh warna. Alasan itu lah yang membuat aku tetap ingin melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya.
Selama satu minggu ibu memikirkan biaya untuk aku sekolah, aku tahu ibu sudah tidak mampu untuk bekerja lagi, dari mana ibu akan mendapatkan uang dengan mudah nya? Apakah negri ini memiliki pohon uang untuk rakyat nya yang seperti ku, seperti ibu ku?.  Seperti dunia ini terbalik untuk ku, kehidupan mewah yang dulu ku miliki kini hanya menjadi lebu tak berarti. Akhirnya ibu memutuskan untuk menjual rumah yang saat ini kami tempati, dan keputusan ibu sudah bulat. Dan saat ini harta terbesar ku hanya IBU dan sebuah CITA-CITA, semua materi yang aku miliki telah hilang bersama kepergian ayah, tidak ada lagi rumah mewah, mobil mewah dan barang-barang mewah yang dulu menghiasi rumah ini.
            Air mata ku bercucuran membasahi pipi ku, bibir ku kaku tak mampu untuk berbicara sepatah kata pun. Aku selau bertanya mengapa Tuhan membiarkan aku seperti ini ?, apakah  Tuhan marah pada ku?. Apakah Tuhan sedang menguji ku, ataukah sedang menghukum ku ?.
Aku bodoh, aku sangat bodoh, aku selalu menuntut kehidupan yang mewah kepada-Nya tapi aku tak pernah memberikan waktu ku untuk-Nya, aku telah jauh dengan-Nya, aku hanya memberikan sisa waktu ku untuk-Nya, padahal dengan mudahnya Ia (Allah SWT) memberikan apa yang aku ingin kan selama ini.
Aku menangis, aku menjerit ketika keindahan dunia tak lagi ku rasakan, selama ini aku memiliki segalanya namun aku melupakan satu hal, yaitu “Sang Maha Pencipta”.
 Astagfirullah, astagfirullah” sesal yang mendalam begitu menyayat hati dan jiwa ini, aku hanya bisa menangis dan berharap Tuhan ridha mengampuni ku.



5
            “ayah, dimana engkau” yaa... aku tak pernah mendengar hal tentang ayah, apakah ayah masih hidup, atau kah ayah telah .....?, apapun itu semoga ayah selalu dalam lindungan-Nya. Karena setiap kalimat dalam do’a yang aku panjatkan pada-Nya selalu terselip nama malaikat ku “Ayah Dan Ibu”.
Bulan telah berganti dan aku masih saja menjadi salah satu pengangguran di kota ini, aku pasrah, usaha semaksimal mungkin telah aku lakukan, do’a telah aku panjatkan kini ku serahkan hidup ku pada-Nya, biarlah tangan-Nya yang bekerja untuk sekenario terbaik yang akan aku terima dalam hidup ku. Minggu ke tiga di bulan desember, pagi itu ketika aku tengah bersiap-siap untuk mencari pekerjaan, tiba-tiba Hanphone ku bergetar “selamat pagi, kami dari Perusahan yang anda temui pada hari Kamis lalu, kami mengundang riana untuk mengikuti tes seleksi karyawan di perusahaan kami. Kami tunggu kehadirannya jam 08.00 Wib di Perusahaan kami dengan mengenakan pakaian hitam putih. Trimakasih selamat pagi”. Setelah menerima telpon itu aku segera berlari menemui ibu, ku sampaikan kabar gembira ini. 4 bulan lama nya aku menjadi pengangguran, kini kesempatan ku untuk mendapatkan pekerjaan walau harus mengikuti beberapa tes yang telah di tentukan oleh perusahaan tersebut.
            Kamis, 27 Desember 2013. Hari ini, hari dimana aku mengikuti tes seleksi calon karyawan di salah satu perusahaan swasta, entah mengapa hari itu aku sangat gugup, takut dan rasanya tidak percaya aku bisa berada di tempat tes calon karyawan. Satu jam telah berlalu, tes pertama telah selesai aku ikuti, ternyata banyak sekali penggangguran di kota ini, aku berharap nama ku akan tercantum di salah satu daftar peserta lolos tes.
4 jam berlalu, hasil tes telah terpampang jelas di salah satu mading di perusahaan tersebut dan ternyata nama ku tersebut menjadi peserta yang lolos tes, tanpa pikir panjang aku segera pulang dan kutemui ibu, ku kecup kening ibu “Tuhan mendengar do’a kita bu”. Tidak henti-hentinya aku bersyukur atas rizki yang aku terima pada hari ini, aku sekarang telah memiliki pekerjaan yang gaji nya besar untuk kehidupan ku dengan ibu.
Satu minggu, dua minggu berlalu. Namun ternyata belum juga ada konfirmasi dari pihak perusahaan kapan aku akan mulai bekerja, entah apa rencana Tuhan sehingga hidup ku terus dan terus mendapatkan ujian dari-Nya. Ketika hati mulai bosan, diri ini mulai berada dalam titik jenuh tiba-tiba salah satu saudara ku menawarkan pekerjaan di salah satu kantor yang ia miliki saat ini, dengan gaji yang sangat kecil untuk kehidupan di tahun 2013 ini yaitu 750.000 Ribu per-Bulan.
6
Aku lelah dengan semua ini, akhirnya aku putuskan untuk menerima  pekerjaan itu, ku jalani pekerjaan yang aku miliki walau pun dengan gaji yang sangat kecil untuk hidup ku dengan ibu, namun aku mencoba mensyukuri apa yang kini aku miliki sebelum akhirnya Tuhan mengambilnya.
Satu bulan lamanya aku bekerja di perusahaan saudara ku, banyak hal yang membuat ku kecewa di sini, namun apa yang harus aku lakukan? aku hanya bisa mengadu pada-Nya.
“ayah, betapa kejam nya dunia luar itu. mengapa yang miskin di jadikan pembantu dan yang kaya semakin di jadikan Raja, aku tak kuat ayah L. Aku berjanji ayah tidak akan menjadi anak yang nakal dan manja lagi jika ayah pulang, pulang lah ayah... hanya ayah yang mampu membuat kami kembali tersenyum, hanya ayah yang bisa membuat kami kembali di hormati tanpa kembali di caci” hanya itu keinginan ku saat ini.
Samapi saat ini ayah belum juga mengabari kami, namun banyak sekali yang mengtakan bahwa ayah telah memiliki keluarga baru di luar sana, ayah melupakan aku dengan ibu disini.
Kihidupan ku dengan ayah sungguh telah jauh berbeda.
“ ayah, aku ingin seperti anak remaja lainnya. Yang menikmati masa mudanya dengan berbagai warna, dengan mudahnya mereka mendapat kan apa yang mereka inginkan, dan aku ? aku harus berjuang tapan ayah”
Hari ini aku sadari bahwa dunia tak selamanya berpihak pada ku, syukur ku panjatkan pada-Nya yang telah memberikan berbagai macam ujian, dengan begitu aku kini melangkah mendekati-Nya, mengingat-Nya dan menjadikan-Nya penyemangat dalam hidup ku. Ku syukuri harta yang saat ini ku miliki, harta yang yang begitu berarti dalam hidup ku, ialah “ibu”. Ku ikhlas kan kepergian ayah untuk memilih keluarga barunya, apapun yang ayah pilih semoga ayah bahagia, dan aku berharap Tuhan mengembalikan senyum yang dulu selalu menghiasi wajah Ibu. Dan pekerjaan yang saat ini ku miliki akan tetap ku syukuri dan ku terima sebagai amanah dari Sang Maha Pemberi (Allah SWT), bagaimana pun keadaanya akan tetap ku jalani demi menjemput masa depan ku yang telah menanti ku di ujung pintu penantian.
Aku berjanji suatu saat aku akan kembali menceritakan kehidupan ku yang baru, kehidupan ku yang jauh lebih baik dari hari ini. Aku berjanji demi ibu, aku akan mengembalikan semua yang telah hilang selama ini.

sumber : My Sist Riana Ratno juwita