Malam itu tepat pukul 22.00 Wib aku
masih menanti kedatangan Ayah...
Gemercik hujan mengiringi malam
itu, tak ada bulan ataupun bintang. Disini hanya ada kesunyian yang ku rasa.
Ku lihat kembali jam yang berada
dalam Hanphone ku, ternyata aku menunggu ayah telah lama. Saat ini jam telah
menunjukan pukul 24.22 Wib namun aku masih setia disini, di penantian tak pasti
ini.
Pikir
ku melayang,tepat 10 Tahun yang lalu ketika aku berumur 7 Tahun, aku selalu
menunggu ayah di teras rumah ini. Yaa..... ayah selalu datang saat itu, biasa
nya ayah datang tepat pukul 21.00 Wib, namun saat ini ????
Hati kecil ku tertawa dan berkata
“mana mungkin ayah kembali pulang ke rumah ini, beliau sudah tidak ingat jalan
untuk pulang ke rumah ini” hanya itu yang terbesit dalam pikiran ku. Aku pun
segera masuk ke dalam rumah, ku pandang foto ayah yang terletak tepat di
dinding kamar ku, foto satu-satu nya yang aku miliki. “ Ayah... tidak terasa
engkau pergi dari rumah ini sudah lebih dari 7 Tahun, ayah... apakah disana
engkau rindu pada ku ?, ayah meninggalkan ku tepat saat aku berumur 8 tahun,
aku lupa cara ayah memeluk ku, mencium ku, dan menggendong ku... aku tidur
yaah. Selamat Malam” hanya ucapan itu yang sering aku lontarkan kepada foto
ayah, dengan begitu setidak nya rasa rindu ku ini sedikit terobati.
Ayah pergi tanpa pamit, banyak
cerita tentang ayah, banyak sekali yang ingin aku ulang kembali dengan ayah.
Namun hanya keajaiban-Nya yang mampu merubah semua ini.
Segera saja ku matikan lampu kamar ku,
berharap saat pagi nanti, ayah telah datang dan berada disisi ku.
04.30
Wib suara adzan berkumandang, segera aku beranjak dari tempat tidur ku. “buu...
bangun sudah adzan subuh, kita sholat berjama’ah yuk bu” ku kecup kening ibu,
aku tak kuasa melihat ibu seperti ini, ibu terluka oleh perlakuan ayah yang
pergi tanpa sepatah kata pun. Tapi sudah lah, inilah hidup yang harus aku
jalani, aku harus bisa mengembalikan semua yang telah hilang, termasuk senyum
dan tawa ibu. J
Segera aku dan ibu mengambil air wudhu,
“Allahhuakbar” saat ibu telah mengumandangkan takbir, pertanda sholat telah di
mulai. Tidak terasa air mata ku menetes, yaa... kami kehilangan seorang imam di
rumah ini, “ayah,seharus nya engkau yang menjadi imam dalam sholat ini”.
1
Selepas sholat
subuh aku segera bersiap-siap untuk mencari pekerjaan, “ buu... do’a kan riana
yaa bu, semoga hari ini riana lekas mendapat pekerjaan yang baik untuk kita bu.
Riana pamit bu, assalamualaikum” kucium tangan ibu dan ku kecup kening ibu,
karena aku tahu ridho orang tua adalah ridho nya Sang Maha Pencipta bumi dan
langit beserta isi nya, berharap keberkahan selalu ada pada kami. Langkah ku
semakin menjauh dari rumah, aku pergi untuk mencari pekerjaan, sudah hampir dua
bulan aku menjadi pengangguran di kota ini, rasa nya hidup ku tidak seindah
mereka teman-teman ku, mereka memiliki segalanya, bahkan mencari pekerjaan pun
bak membalikan telapak tangan, sedangkan aku harus berjuang setiap hari untuk
mendapatkan sebuah pekerjaan, setiap hari aku pergi dari rumah saat matahari
belum juga menampakan cahanya dan kembali ke rumah ketika matahari telah pamit
untuk meninggalkan bumi pertiwi, itulah kegiatan ku setiap hari. Walau
terkadang aku lelah seperti ini, mencari pekerjaan yang juga belum ada hasil
nya sampai detik ini. Namun aku percaya terhadap janji sang Khalik kepada hamba
nya “rizki tidak akan putus bagi mereka yang bersabar,berusaha dan berdoa”.
Terik matahari menemani ku pada
saat itu, pukul 13.00 tujuan ku pada hari itu adalah memasukan lamaran pada
salah satu perusahaan lewat via Pos, keberadaan Pos dengan tempat ku saat itu
lumayan jauh. Ku coba untuk memeriksa uang saku di tas kecil yang selalu
menemani ku kemanapun aku pergi, ternyata uang saku yang aku miliki seperti nya
hanya cukup untuk biaya Pos dan ongkos pulang saja, ku tarik nafas dalam-dalam
dan berharap aku sanggup berjalan di tengah panas nya terik matahari, “ haii
kau matahari cantik, temani aku berjalan samapai tiba di kantor Pos okay, tolong sebentar saja senyum mu jangan terlalu
kau pancarkan J” ucap ku.
Langkah kaki mulai menjauh
meninggalkan jejak semula, panas nya siang itu tak membuat ku menyerah dan
mengeluh sedikit pun, karena aku tahu masa depan itu ada pada genggaman ku
sendiri dan untuk mencapai ke suksesan itu bukan hal yang mudah melainkan aku
harus berjuang sepenuh hati agar yang aku dapatkan sesuai dengan tujuan dan
rencana ku. Tetes demi tetes keringat mulai membasahi baju yang ku pakai, bau
matahari sudah mulai tercium jelas oleh indra penciuman ku ini, tapi aku harus
terus melanjutkan perjalanan ini sebelum sore nanti. 02.00 Wib sudah satu jam
aku berjalan menuju kantor Pos dan kini kantor Pos sudah berada tepat di
hadapan ku, tanpa pikir panjang aku segera masuk ke dalam dan menunggu No.
Antrian ku di panggil oleh petugas Pos, saat itu kantor Pos lumayan sepi jadi
aku tidak perlu menunggu terlalu lama.
2
“No. Antrian 10 silahkan kepetugas 8” aku pun
segera menemui petugas Pos dan memberikan berkas lamaran lengkap dengan tujuan
lamaran tersebut, “ semoga lamaran ini dapat segera di proses” doa ku dalam
hati.
Setelah selesai, aku kemudian lekas
pergi menuju salah satu masjid yang keberadaan nya tidak jauh dengan kantor
Pos. Yaa.. aku selalu ingat pesan ayah dulu “Nak,
dalam keadaan apapun temui Tuhan mu, jangan buat Dia merindu akan kehadiran mu,
karena terkadang rindu itu menjadi salah satu hal yang paling menyakit kan”
pesan ayah selalu teringat dalam otak ku, enatah mengapa setiap ucapan ayah
penuh arti bagi ku. Dan ayah benar bahwa terkadang rindu itu menjadi salah satu
hal yang paling menyakit kan. Seperti
saat ini, aku yang merindukan kehadiran ayah.
Tik Tok Tik Tok, detik jarum jam semakin
nyaring terdengar. Sunyi, sepi yang saat ini menghiasi kehidupan ku. Aku tak
tahu mengapa setelah ayah pergi dari rumah ini, rumah ini menjadi terasa mati,
tak ada tawa, ceria, dan cerita tentang satu hal yang mampu membuat kami
tertawa terbahak-bahak. Ayah membuat semuanya menjadi asing bahkan sangat asing
dalam hidup ku. Aku rindu engkau ayah, bisa kah engkau merasakan getaran ini.
Aku ingin engkau kembali dalam kehidupan ku dan ibu, tangan ku segera saja
mengambil secarik kertas dan sebuah bollpent.
“Assalammualaikum
Wr Wb”
Dear
Ayah....
Ayah,
bagaimana kabar mu ?, keadaan mu ?
Semoga
engkau selalu dalam keadaan yang sempurna dimana pun engkau berada
Ayah,
aku rindu pada mu ayah, tidak terasa sudah 8 tahun lamanya kita tidak berjumpa,
bertatap muka
Ayah
masih ingat aku atau tidak ?
Ayah.....
Sulit
bagi ku mengungkap kan semua ini, namun aku tak kuasa menahan rindu yang tak bertepi
ini.
Ayah,
terakhir kita berjumpa saat aku berusia 7 tahun, dan saat itu aku masih duduk
di bangku sekolah dasar, aku selalu tertawa bila mengingat masa-masa kecil ku
dengan ayah.
3
Ayah
ingat tidak? Ketika ayah menyuruh ku untuk bolos sekolah di hari ulang tahun
ku, karena ayah tahu bahwa aku tidak suka dengan sekolah, ayah tahu aku akan
stres bila di beri pelajaran oleh guru matematika dan saat itu ayah menyuruh ku
untuk bolos sekolah hanya untuk mengajak ku bermain menikmati hari yang special
itu, dan ayah berpesan saat itu agar aku tidak menceritakan hal ini kepada ibu.
Lucu sekali ayah bila mengingat masa-masa itu.
Bukan
hanya itu ayah, ayah ingat tidak ketika aku mengalami sakit keras dan aku
terpaksa harus di rawat di Rumah Sakit agar aku dapat bertahan hidup, dan ayah
mencoba menghibur ku. Ayah bawakan aku banyak VCD Carton, ayah bawakan aku
boneka-boneka yang sangat lucu, ayah bawakan aku coklat yang sangat banyak. Dan
ayah berhasil membuat ku bernafas tanpa alat-alat rumah sakit. Trimakasih ayah,
hanya itu yang dapat aku ungkap kan.
Ayah seandainya masa itu dapat ku
ulang kembali, aku hanya ingin mengulang satu hal, yaitu mengulang kembali
kisah ku dengan ayah dan ibu. Agar aku dapat kembali bercerita kepada semua
orang tentang hebat nya ayah, tentang bagaimana ayah memberikan pelangi dalam
hidup ku...
Ayah
tahu tidak, aku kecewa dengan perlakuan mereka, mereka yang mengaku bagain dari
keluarga ku, mereka sering sekali membuat aku dan ibu merasa di injak dan
terhina ayah. L
Aku
ingin ayah kembali agar semua orang dapat kembali menghormati ku seperti dulu.
Ayah,
saat ini aku telah tumbuh menjadi wanita dewasa, aku telah mengerti arti dari
sebuah perpisahan, aku mengerti dengan hal yang dikatakan cinta dan aku telah
mengetahui dengan hal yang dikatakan hampa. Saat ini, detik ini, selama 8 tahun
lamanya aku merasakan hidup ku terasa hampa tanpa ayah, aku tidak tahu mengapa
hal ini ku rasakan, namun ini nyata.... maapkan aku ayah, maap kan aku
menceritakan semua kerinduan ini. Selamat malam dan selamat tidur ayah”.
Bollpent ku pun terjatuh seketika, air mata ku bercucuran membasahi pipi ku.
Aku terluka ayah... aku kecewa, aku hanya bisa menulis surat rindu ku untuk
ayah tanpa aku ketahui surat ini harus aku kirimkan kemana ?. ayah benar-benar
menghilang tanpa jejak, semua keluarga ayah pun hilang tanpa kabar bak ditelan
bumi.
Menit
berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan
dan bulan berganti tahun. Kehidupan ku masih sama seperti dulu, “kemana harta
yang dulu menghiasi kehidupan ku, rumah mewah,mobil mewah dan keluarga yang
begitu sempurna.
4
Semua itu hilang hanya dalam
hitungan detik, aku lupa bahwa semua yang aku miliki adalah titipan dari-Nya,
dan akan ada masanya semua itu kembali pada sang Maha Pemilik segalanya, aku
bodoh menganggap semua yang aku miliki akan abadi.
Ketika
aku duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Pertama, ibu sangat membutuhkan
biaya yang lumayan besar untuk aku melanjutkan sekolah ku ke jenjang
berikutnya, ibu bingung bagaimana cara nya agar aku tetap bisa terus
melanjutkan sekolah.
Aku ingin menjadi orang besar
seperti mereka yang duduk di kursi-kursi yang di sediakan oleh pemerintah, aku
ingin seperti mereka yang di hormati orang banyak, aku ingin seperti mereka
yang mudah mengungkap kan apa yang mereka ingin kan, aku ingin mengubah hidup
ku kembali seperti dulu, kehidupan yang penuh warna. Alasan itu lah yang
membuat aku tetap ingin melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya.
Selama satu minggu ibu memikirkan
biaya untuk aku sekolah, aku tahu ibu sudah tidak mampu untuk bekerja lagi,
dari mana ibu akan mendapatkan uang dengan mudah nya? Apakah negri ini memiliki
pohon uang untuk rakyat nya yang seperti ku, seperti ibu ku?. Seperti dunia ini terbalik untuk ku,
kehidupan mewah yang dulu ku miliki kini hanya menjadi lebu tak berarti.
Akhirnya ibu memutuskan untuk menjual rumah yang saat ini kami tempati, dan
keputusan ibu sudah bulat. Dan saat ini harta terbesar ku hanya IBU dan sebuah
CITA-CITA, semua materi yang aku miliki telah hilang bersama kepergian ayah,
tidak ada lagi rumah mewah, mobil mewah dan barang-barang mewah yang dulu
menghiasi rumah ini.
Air
mata ku bercucuran membasahi pipi ku, bibir ku kaku tak mampu untuk berbicara
sepatah kata pun. Aku selau bertanya mengapa Tuhan membiarkan aku seperti ini
?, apakah Tuhan marah pada ku?. Apakah
Tuhan sedang menguji ku, ataukah sedang menghukum ku ?.
Aku bodoh, aku sangat bodoh, aku
selalu menuntut kehidupan yang mewah kepada-Nya tapi aku tak pernah memberikan
waktu ku untuk-Nya, aku telah jauh dengan-Nya, aku hanya memberikan sisa waktu
ku untuk-Nya, padahal dengan mudahnya Ia (Allah SWT) memberikan apa yang aku
ingin kan selama ini.
Aku menangis, aku menjerit ketika
keindahan dunia tak lagi ku rasakan, selama ini aku memiliki segalanya namun
aku melupakan satu hal, yaitu “Sang Maha Pencipta”.
“Astagfirullah,
astagfirullah” sesal yang mendalam begitu menyayat hati dan jiwa ini, aku
hanya bisa menangis dan berharap Tuhan ridha mengampuni ku.
5
“ayah, dimana engkau” yaa... aku tak
pernah mendengar hal tentang ayah, apakah ayah masih hidup, atau kah ayah telah
.....?, apapun itu semoga ayah selalu dalam lindungan-Nya. Karena setiap
kalimat dalam do’a yang aku panjatkan pada-Nya selalu terselip nama malaikat ku
“Ayah Dan Ibu”.
Bulan telah
berganti dan aku masih saja menjadi salah satu pengangguran di kota ini, aku
pasrah, usaha semaksimal mungkin telah aku lakukan, do’a telah aku panjatkan
kini ku serahkan hidup ku pada-Nya, biarlah tangan-Nya yang bekerja untuk
sekenario terbaik yang akan aku terima dalam hidup ku. Minggu ke tiga di bulan
desember, pagi itu ketika aku tengah bersiap-siap untuk mencari pekerjaan,
tiba-tiba Hanphone ku bergetar “selamat pagi, kami dari Perusahan yang anda
temui pada hari Kamis lalu, kami mengundang riana untuk mengikuti tes seleksi
karyawan di perusahaan kami. Kami tunggu kehadirannya jam 08.00 Wib di
Perusahaan kami dengan mengenakan pakaian hitam putih. Trimakasih selamat pagi”.
Setelah menerima telpon itu aku segera berlari menemui ibu, ku sampaikan kabar
gembira ini. 4 bulan lama nya aku menjadi pengangguran, kini kesempatan ku
untuk mendapatkan pekerjaan walau harus mengikuti beberapa tes yang telah di
tentukan oleh perusahaan tersebut.
Kamis,
27 Desember 2013. Hari ini, hari dimana aku mengikuti tes seleksi calon
karyawan di salah satu perusahaan swasta, entah mengapa hari itu aku sangat
gugup, takut dan rasanya tidak percaya aku bisa berada di tempat tes calon
karyawan. Satu jam telah berlalu, tes pertama telah selesai aku ikuti, ternyata
banyak sekali penggangguran di kota ini, aku berharap nama ku akan tercantum di
salah satu daftar peserta lolos tes.
4 jam berlalu, hasil tes telah
terpampang jelas di salah satu mading di perusahaan tersebut dan ternyata nama
ku tersebut menjadi peserta yang lolos tes, tanpa pikir panjang aku segera
pulang dan kutemui ibu, ku kecup kening ibu “Tuhan mendengar do’a kita bu”.
Tidak henti-hentinya aku bersyukur atas rizki yang aku terima pada hari ini,
aku sekarang telah memiliki pekerjaan yang gaji nya besar untuk kehidupan ku
dengan ibu.
Satu minggu, dua minggu berlalu.
Namun ternyata belum juga ada konfirmasi dari pihak perusahaan kapan aku akan
mulai bekerja, entah apa rencana Tuhan sehingga hidup ku terus dan terus
mendapatkan ujian dari-Nya. Ketika hati mulai bosan, diri ini mulai berada
dalam titik jenuh tiba-tiba salah satu saudara ku menawarkan pekerjaan di salah
satu kantor yang ia miliki saat ini, dengan gaji yang sangat kecil untuk
kehidupan di tahun 2013 ini yaitu 750.000 Ribu per-Bulan.
6
Aku lelah dengan semua ini,
akhirnya aku putuskan untuk menerima
pekerjaan itu, ku jalani pekerjaan yang aku miliki walau pun dengan gaji
yang sangat kecil untuk hidup ku dengan ibu, namun aku mencoba mensyukuri apa
yang kini aku miliki sebelum akhirnya Tuhan mengambilnya.
Satu bulan lamanya aku bekerja di
perusahaan saudara ku, banyak hal yang membuat ku kecewa di sini, namun apa
yang harus aku lakukan? aku hanya bisa mengadu pada-Nya.
“ayah,
betapa kejam nya dunia luar itu. mengapa yang miskin di jadikan pembantu dan
yang kaya semakin di jadikan Raja, aku tak kuat ayah L. Aku berjanji ayah
tidak akan menjadi anak yang nakal dan manja lagi jika ayah pulang, pulang lah
ayah... hanya ayah yang mampu membuat kami kembali tersenyum, hanya ayah yang
bisa membuat kami kembali di hormati tanpa kembali di caci”
hanya itu keinginan ku saat ini.
Samapi saat ini ayah belum juga
mengabari kami, namun banyak sekali yang mengtakan bahwa ayah telah memiliki
keluarga baru di luar sana, ayah melupakan aku dengan ibu disini.
Kihidupan ku dengan ayah sungguh
telah jauh berbeda.
“
ayah, aku ingin seperti anak remaja lainnya. Yang menikmati masa mudanya dengan
berbagai warna, dengan mudahnya mereka mendapat kan apa yang mereka inginkan,
dan aku ? aku harus berjuang tapan ayah”
Hari ini aku sadari bahwa dunia tak
selamanya berpihak pada ku, syukur ku panjatkan pada-Nya yang telah memberikan
berbagai macam ujian, dengan begitu aku kini melangkah mendekati-Nya,
mengingat-Nya dan menjadikan-Nya penyemangat dalam hidup ku. Ku syukuri harta
yang saat ini ku miliki, harta yang yang begitu berarti dalam hidup ku, ialah “ibu”.
Ku ikhlas kan kepergian ayah untuk memilih keluarga barunya, apapun yang ayah
pilih semoga ayah bahagia, dan aku berharap Tuhan mengembalikan senyum yang
dulu selalu menghiasi wajah Ibu. Dan pekerjaan yang saat ini ku miliki akan tetap
ku syukuri dan ku terima sebagai amanah dari Sang Maha Pemberi (Allah SWT),
bagaimana pun keadaanya akan tetap ku jalani demi menjemput masa depan ku yang
telah menanti ku di ujung pintu penantian.
Aku berjanji suatu saat aku akan
kembali menceritakan kehidupan ku yang baru, kehidupan ku yang jauh lebih baik
dari hari ini. Aku berjanji demi ibu, aku akan mengembalikan semua yang telah
hilang selama ini.
sumber : My Sist Riana Ratno juwita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar